Sejarah Desa

01 Februari 2017 02:18:39 WIB

Sejarah Desa

Menurut sumber cerita dari para sesepuh desa, Desa Gador sebelum penjajah sudah ada penghuninya namun tidak menetap,sering datang dan pergi.Setelah Negara dijajah oleh Belanda dan sekutunya penghuninya semakin banyak namun masih juga sering datang dan pergi.Setelah datang seorang pengembara (jejaka) yang namanya Djoko Pekik,semua wilayah didatangi dan diberi nama Pingit karena sangat wingit, Mujing, Kendal, Bonpal, Watu Gembulung, Gentong, Bekokek, sedangkan gunung-gunung juga diberi nama diantaranya: Gunung Kekep, Gunung Solokoto, Gunung Jamurdipo, Gunung Pucangkembang, Gunung Condrogeni, Gunung Merangan, Gunung Jolangkas, Gunung Watu petel,Gunung Kentengceleng.Diwilayah tersebut juga ada pertapaan-pertapaan, yaitu pertapaan jamurdipo, pertapaan batupecah di Gunung Condrogeni (Guo Doewoer).Setelah semakin tahun penghuni semakin banyak Djoko Pekik meninggal dan makamnya di wilayah Gunung Condrogeni.Setelah itu pada saat kira-kira perang Diponegoro datang lagi sekeluarga orang janda dan anaknya 7 orang terdiri dari 6 laki-laki dan 1 orang wanita.Ibunya dibakalan anak kesatu di Beji anak kedua di Sentanan anak ketiga di Serut anak keempat di Bonpal anak kelima di Gentong anak keenam di Duren dan anak ketujuh di Ngronggo.Semua penghuni dipimpin oleh orang tersebut dilingkungan masing-masing setelah ada perang tidak jelas perang apa,orang tersebut ngumpul dengan warga dan member nama Desa Gador,dengan alasan karena semua yang ada diwilayah itu apabila ada masalah pasti bertapa di Goa Doewoer yang dipimpin oleh anak tertua yang dinamakan Demang Beji kurang lebih 7 tahun,setelah itu ngumpul lagi dan dia berpesan agar semua menetap dan tenang karena dia akan meninggalkan Desa Gador sementara karena ada kepentingan dan kalau sudah cukup kepentingannya akan kembali lagi ke Desa Gador dan apabila kami lama belum kembali supaya membuat Lurah Desa Gador,biar jadi Desa yang langgeng dan aman yang bahasa jawanya lek aku suwe during balik gaweo Lurah Gador ben dadi Deso sing terus lan aman.Karena lama tidak kembali akhirnya para warga menunjuk Djanadi sebagai lurah tahun 1901 s/d 1938.

Sekitar tahun 1935 menurut cerita nenek moyang sampai tahun 1945 sebagian penghuni disuruh (dioyak-oyak) Pemerintah Belanda dan Jepang supaya meninggalkan tempat tinggalnya tepatnya di Dukuh Gentong dan surat-surat tanah diminta oleh Belanda dan Jepang lewat utusannya(anteknya),namun semua warga masih tetap nggarap untuk pertanian dan pada tahun 2000 tanah-tanah tersebut sudah kembali menjadi milik masyarakat dengan terbitnya sertfikat dari BPN lewat permohonan para penggarap ke Pemerintah.

Adapun lurah-lurah yang menjabat di desa Gador dan masa pemerintahannya, sbb: Demang Beji, tidak jelas mulai dan berakhirnya, Djanadi tahun 1901 s/d 1938, Moenadi tahun 1939 s/d 1940, Rasijo tahun 1940 s/d 1944, Amat Redjo tahun 1945 s/d 1953, Katemo tahun 1954 s/d 1955, Moedayat tahun 1956 s/d 1986, Muslih tahun 1987 s/d 2003, Rujito al Mujito tahun 2003 sampai tahun 2014, Waras tahun 2014 sampai sekarang..

Pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Djanadi datanglah seseorang dari Kedunglurah lewat Gemblung turun ke wilayah Bekokek. Beliau menyebar luaskan ajaran agama islam sampai akhir ajalnya dan bertempat di dukuh Pingit Rt 16 Rw 04 yang peninggalannya berupa masjid dilestarikan sampai sekarang dan diteruskan oleh cucunya.

Desa Gador punya wewengkon tanah pemajekan kurang lebih 388 ha,dari sekian hektar tanah tersebut yang 85% daerah pegunungan (ereng-ereng) yang 15% datar.Sedangkan tanah hutan yang luasnya tidak tahu namun menurut cerita lurah yang pertama sampai terakhir,tentang wewengkon hutan, bahwa hutan yang airnya mengalir ke wilayah desa Gador itu masuk hutan Gador.

 

 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah pengunjung

Lokasi GADOR

tampilkan dalam peta lebih besar